sifilis
PENGERTIAN
Sifilis adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Treponema pallidum ,
yang merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik . selama perjalanan
penyalit ini dapat menyerang seluruh organ tubuh.
Penyebab sifilis adalah treponema
pallidium, yang ditularkan ketika hubungan seksual dengan cara kontak langsung
dari luka yang mengandung treponema.
Treponema dapat melewati selaput lendir yang normal atau
luka pada kulit. 10-90 hari sesudah treponema memasuki tubuh, terjadilah luka
pada kulitprimer (chancre atau ulkus durum).
Chancre ini kelihatan selama 1-5
minggu dan kemudian sembuh secara spontan. Tes serologik untuk sifilis biasanya
nonreaktif pada waktu mulai timbulnya chancre, tetapi kemudian menjadi reaktif
sesudah 1-4 minggu. 2-6 minggu sesudah tampak luka primer, maka dengan
penyebaran treponema pallidium diseluruh badan melalui jalan darah, timbulah
erupsi kulit sebagai gejala sifilis sekunder.
Erupsi pada kulit dapat terjadi
spontandalam waktu 2-6 minggu. Pada daerah anogenital ditemukan kondilomata
lata. Tes serologik hampir seluruh positif selama fase sekunder ini, sesudah
fase sekunder, dapat terjadi sifilis laten yang dapat berlangsung seumur hidup,
atau dapat menjadi sifilis tersier. Pada sepertiga kasus yang tidak diobati,
tampak manifestasi yang nyata dari sifilis tersier.
GAMBARAN KLINIK
Sifilis primer
Chancre
atau ulkus durum kelihatan pada temmpat masuknya kuman, 10-90 hari setelah
terjadinya infeksi. Chancre berupa papula atau ulkus dengan pinggir-pinggri
yang meninggi, padat, dan tidak sakit. Luka tersebut paa alat genital biasanya
terdapat vulva dan terutama pada labia, tetapi bisa juga pada serviks.
Luka
primer kadang-kadang terjadi pada selaput lendir atau kulit ditempat lain
(hidung, dada, perineum, dan lain-lain), dan pemeriksaan medan gelap
(dark-field) perlu dilakukan usaha untuk menemukan treponema pallidium disemua
luka yang dicurigai. Tes serologik harus dibuat setiap minggu selama enam
minggu.
Sifilis sekunder
Gejala
pada kulit timbul kira-kira 2 minggu – 6 bulan (rata-rata 6 minggu) setelah
hilangnya luka primer. Kelainan yang khas pada kulit bersifat makulopapiler,
folikuler, atau postuler. Karakteristik adalah alopesia rambut kepala yang
tidak rata (month eaten) pada daerah oksipital. Alis mata dapat menghilang pada
sepertiga bagian lateral. Papula yang basah dapat dilihat pada daerah
anogenital dan pada mulut.
Papula
ini dekenal dengan nama kondilomata lata, dan mempunyai arti diagnostik untuk
penyakit ini. Kondilomata lata agak meninggi, berbentuk budar, pinggirnya basah
dan ditutup oleh eksudat yang berwarna kelabu. Treponema pallidium dapat
dijumpai pada luka ini dan tes srologik biasanya positif. Limfadeno patia
adalah tanda penting, kadang-kadang splenomegali dijumpai juga. Aspirasi dengan
jarum dari kelenjer limfe yang bengkak pada biasanya menemukan cairan yang
mengandung treponema pallidium yang dapat dilihat pada pemeriksaan lapangan
gelap.
Sifilis laten
Tidak
mempunyai tanda-tanda atau gejala klinis. Tanda positif hanya serum yang
reaktif, dan kadang-kadang cairan spinal juga reaktif. Jika fase laten
berlangsung sampai 4 tahun, maka penyakit ini tidak menular lagi, kecuali pada
janin yang dikandung wanita yang berpenyakit sifilis.
Sifilis tersier
Kadang
pada vulva ditemukan gumma. Disini ada kecendrungan bagi gumma untuk menjadi
ulkus nekrosis dan indurasi pada pinggirnya.
PENGARUH SIFILIS
Terhadap
kehamilan
1.
Infeksi pada janin terjadi setelah
minggu ke-16 kehamilan, dimana Treponema telah dapat menembus barier plasenta.
2.
Akibatnya: kelahiran mati dan partus
Prematurus.
3.
Bayi lahir dengan lues kongenital:
Pemfigus sifilitus, dekskuamanasi telapak tangan-kaki serta kelainan mulut dan
gigi.
4.
Bila ibu menderita baru 2 bulan
terakhir tidak akan terjadi lues kongenital.
Terhadap janin dan neonatus
Dahulu, sifilis merupakan penyebab
dari 1/3 kasus lahir mati. Sifilis sekarang memiliki peran yang kecil tetapi
presisten dalam kematian janin. Spiroketa mudah menembus placenta dan dapat
menyebabkan infeksi congenital karna adanya imuno- inkompetensi relative
sebelum 18 minggu, janin biasanya tidak memperlihatklan gejala kllinis jika
terinfeksi sebelum kurun ini. frekunsi sifilis congenital bervariasi sesuai
stadim damn durasi infeksi pada ibu.. insidensi tertinggi adalah pada neonatus
yang lahir dari ibu dengan sifilis dini ( primer, sekunder, atau laten dini
insidensi terendak pada penyakit laten lanjut ) penting di ketahui bahwa stadim
sifilis pada ibu dapat menyebabkan infeksi pada janin. Infeksi sifilis
congenital di bagi menjadi stadium dini yang bermanisvestasi pada masa
neonatus, dan penyakit stadim lanjut yang bermanivestasi pada remaja.
Anjuran terapi untuk wanita hamil
dengan sifilis
kategori
|
Terapi
|
-
sifilis dini
-
sifilis dengan durasi lebih dari 1
tahun
-
neoroafilis
|
Penicillin G benzatin, 2,4 juta
unit intramuskulus sebagai suntikan tunggal, sebagian menganjurkan dosis
kedua 1 minggu kemudian
Penicillin G benzatin, 2,4 juta
unit intramuskulus setipa minggu untuk 3 dosis
Penicillin G kristal cair, 3-4
juta unit intravena setipa 4 jam selama 10-14 hari.
Penicillin prokain cair, 2,4 juta
unit intramuskulus setiap hari, plus setiap hari, plus probenerid 500 mg
peroral 4kali sehari, keduanya selama 10-14 hari.
|
Siklus pada Kehamilan Dan Sifilis
Kongenital
Pada masa belum dikenal
antibiotika,seorang ibu dari bayi yang menderita sifilis kongenital akan
memberi keterangan bahwa telah menjadi keguguran yang kemudian diikuti lahirnya
bayi prematur meningggal waktu lahir dan selanjutnya lahir cukup umur meninggal
waktu lahir dan kemudian lahir bayi yang sehat.
Hal
tersebut dapat dijelaskan adanya kemungkinan “ternonema” keluar secara berkala
dari jaringan limfoid kedalam peredaran darah pada sifilis lanjut. Maka bila
hal tersebut terjadi bayi dalam kandungan akan terinfeksi. Seorang wanita yang
menderita sifilis dini, tidak nmendapat pengobatan 30% bayi akan meninggal
dalam kandungan, 30% meninggal setalah lahir, terinfeksi tetapi masih hidup
sekitar 40% yang disertai gejala-gejala sifilis lanjut.
Sifilis Kongenital Dini
Pada
sifilis kongenital dini tanda dan gejala yang khas muncul sebelum umur 2 tahun.
Lebih awal munculnya manifestasi klinis,akan lebih jelek prognosisnya.
Tanda-tanda
tersebut adalah
1. Lesi kulit terjadi segera setalah
lahir, berupa lesi vesikobulosa yang akan berlanjut menjadi erosi yang tertutup
kusta. Lesi kulit yang terjadi pada beberapa minggu kemudian berupa
populoskuamosa dengan distribusa simetris.
2. Lesi pada selaput lendir. Selaput
lendir hidung, faring dapat terkena serta mengeluarkan sekresi. Sekresi hidung
disertai darah pada bayi baru lahir merupakan tanda khas sifilis kulit dan
selaput lendir dipenuhi “T.Pallidum”.
3. Tulang. Terjadi osteokondritis
tulang panjang.walaupun hanya sebagian ditemukan tanda klinis, hampir semua
penderita menunjukkan kelainan radiologis.
4. Anemia hemolitik
5. Hepatosplenomegali
6. Sistem syaraf pusat,dijumpai
kelainan sumsum tulang belakang.
DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis sifilis,
diagnosis klinis harus dikonfirmasikan dengan pemeriksaan laboratorium berupa :
1.
Pemeriksaan lapangan gelap dengan
bahan pemeriksaan dari bagian dalam lesi, untuk melihat adanya T. Pallidum
a. Pemeriksaan lapangan gelap (dark
field)
Ruam sifilis primer, dibersihkan
dengan larutan Nacl fisiologis, serum diperoleh dari bagian dasar lesi dengan
cara menekan lesi dan serum akan keluar. Diperiksa dengan mikroskop lapangan
gelap menggunakan minyak imersi T. Pallidum berbentuk ramping, gerakan lambat
dan angulasi
b. Mikroskop fluoresensi
Bahan
apusan dari lesi dioleskan pada gelas objek, difiksasi dengan aseton. Sediaan
diberi antibiotic spesifik yang dilabel fluoresensi, kemudian diperiksa dengan
mikroskop fluoresensi. Peneliti lain melaporkan bahwa pemeriksaan ini dapat
member hasil non spesifik dan kurang dapat dipercaya dibandingkan pemeriksaan
lapangan gelap.
2.
Penentuan antibody didalam serum
Pada waktu terjadi infeksi
treponema, baik yang menyebabkan sifilis, frambusio atau pinta akan dihasilkan
berbagai variasi antibody. Beberapa tes yang dikenal sehari-hari yang
mendeteksi antibody non spesifik, akan tetapi dapat menunjukkan reaksi dengan
IgM dan IgG adalah :
a. Tes yang menentukan antibody
nonspesifik
b.
Antibody terhadap kelompok antigen yaitu
c. Yang menentukan antibody spesifik yaitu
PENCEGAHAN
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah seseorang agar tidak tertular penyakit sifilis. Hal-hal yang dapat
dilakukan antara lain:
1. Tidak
berganti-ganti pasangan
2.
Berhubungan seksual yang aman: selektif memilih pasangan dan pempratikkan
‘protective sex’.
3.
Menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan transfusi darah yang
sudah terinfeksi.
PENATALAKSANAAN
Penderita sifilis diberi antibiotik
penisilin (paling efektif). Bagi yang alergi penisillin diberikan tetrasiklin
4×500 mg/hr, atau eritromisin 4×500 mg/hr, atau doksisiklin 2×100 mg/hr. Lama
pengobatan 15 hari bagi S I & S II dan 30 hari untuk stadium laten.
Eritromisin diberikan bagi ibu hamil, efektifitas meragukan. Doksisiklin
memiliki tingkat absorbsi lebih baik dari tetrasiklin yaitu 90-100%, sedangkan
tetrasiklin hanya 60-80%.
Obat lain adalah golongan sefalosporin,
misalnya sefaleksin 4×500 mg/hr selama 15 hari, Sefaloridin memberi hasil baik
pada sifilis dini, Azitromisin dapat digunakan untuk S I dan S II.
PENGOBATAN
1.
Wanita hamil dengan sifilis harus
diobati sedini mungkin, sebaliknya sebelum hamil atau pada trimester I untuk
mencegah penularan terhadap janin.
2.
Suami harus diperiksa dengan
menggunakan tes ix Wasserman dan VDRL, bila perlu diobati.
3.
Terapi:
·
Suntikan Penisilin 6 secara
intramuskular sebanyak 1 juta satuan perhari selama 8-10 hari.
·
Obat-obatan per oral Penisilin dan
etromisin.
·
Lues kongenital padaneonatus :
Penisilin 6.100.000 satuan per kg berat badn sekaligus.
Pemeriksaan penderita setelah
pengobatan
·
Pemeriksa penderita sifilis harus
dilakukan,bila terjadi infeksi ulang setelah pengobatan,setelah pemberian
penisilin 6,maka setiap pasien harus diperiksa 3 bulan kemudian untuk penentuan
hasil pengobatan.
·
Semua penderita sifilis kardivaskuler dan
neorosirilis harus diamati bertahun-tahun,trmasuk klinisserologis,dan
pemeriksaan CSTG dan bila perlu radiologis.
·
Pada semua tingkat sifilis,pengobatan ulang
ulang diberikan bila:
a.tanda-tanda dan gejala klinis menunjukkan sifilis aktif yang
perdsisten atau berulang
b.terjadi kenaikan titer tes nontreponemal lebih dari dua
kalipengenceran ganda
c.pada mulanya tes neotreponemal dengan titer tinggi (>1/8)
persisten bertahan
· Harus dilakukan pemeriksaan CSTG setelah diberi
pengobatan,kecuali ada infeksi ulang atau didonosis sifilis dini dapat
ditegakkan.
·
Penderita harus diberi pengobatan ulang
terhadap sifilis yang lebih dari 2 tahun.Pada hanya sekali pengobatan ulang
dilakukan sebab pengobatan yang cukup pada penderita akan stabil dengan titel
rendah.
Reaksi penisilin
Dapat
terjadi alergi atupun syok anapilatik sebagai reaksi terhadap penisilin.Dapat
terjadi reaksi psudo.Alergi pada kulit yaitu reaksi jarish-herx heimier dan
hoigine (gejala psikotit akut akibat prokain dalam penisilin).
Tanda-tanda JH (reaksi jerisch herxheimier) ialah:
1.Terjadi kenaikan suhu tubuh yang disertai menngigil dan
berkeringat
2.Lesi bertambah jelas,misalnya lesi sifilis lebih merah
3.perubahan fisiologis yang khas termasuk fisiokonttriksi
dan hiperventilasi dan kenaikan tekanan darah dan output jantung
PENUTUP
Kesimpulan
Sifilis
disebabkan oleh spirokaeta Treponema pallidum setelah suatu periode inkubasi
beberapa minggu. Insiden sifilis di Amerika Serikat meningkat dan menimbulkan
akibat yang serius selama masa hamil.
Pemeriksaan
serologi tidak spesifik yang digunaan untuk tujuan skrining, terdiri dari dua
tipe, yakni komplemen dan flokulasi. Hasil pemeriksaan VDRL positif baru dapat
dilihat pada hari ke-10 sampai ke-90 setelah infeksi.
Pemeriksaan
spesifik adanya antigen treponema lebih mahal dan digunaan untuk diagnosis
banding. Penisilin lebih dipilih untuk pengobatan sifilis. Pada individu yang
alergi terhadap penisilin., pilihan lain mencakup tetrasiklin atau doksisiklin,
eritromisin dan seftriakson. Tetrasiklin dikontraindikasikan pada kehamilan
karena efek obat-obatan itu pada fungsi hati ibu dan pada perubahan warna gigi,
seta penurunan pertumbuhan tulang pada janin.
Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis
banyak memiliki kekurangan dan diharapkan Bapak/Ibu Dosen serta yang membaca
dapat memberikan masukan.
DAFTAR PUSTAKA
Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri
Williams. EGC: Jakarta
Bobak. 2004. Buku Ajar
Keperawatan Maternitas. EGC: Jakarta
Fahmi, Sjaiful D. 2003. Penyakit
Menular Seksual. FK UI: Jakarta
Mochtar, Rustam. 2000. Sinopsis
Obstetri. EGC: Jakarta
Manuaba. 2007. Pengantar
Kuliah Obstetri. EGC: Jakarta
Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar